Mu’az bin Jabal ra bertanya tentang perbuatan yang dapat memasukkan ke
surga dan menjauhkan dari neraka. Rasululloh saw bersabda: …beribadah
kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, shalat, zakat, puasa
Ramadhan dan haji. Pintu-pintu surga adajah puasa, sodaqoh dan shalat
malam. Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan
puncaknya adalah Jihad. Sesuatu dapatmembuat kalian memiliki semua itu.
Rasulullah memegang lidahnya lalu bersabda: Jagalah ini. Muadz bertanya:
Ya Nabi, apakah kita akan dihukum atas apa yang kita ucapkan? Beliau
bersabda: …adakah yang menyebabkan seseorang terjungkal wajahnya di
neraka selain buah dari lisan mereka (HR Tirmizi)
Sahabat bertanya tentang seorang wanita ahli sholat malam namun suka menganggu tetangga dengan lisannya. Rasulullah berkata,” Dia di neraka!” Kemudian sahabat bertanya tentang seseorang yang sedikit ibadahnya namun tidak suka menganggu tetangga dengan lisannya. Rasulullah bersabda,”Dia di surga!”.
Hati-hati dengan Lisan
Lisan jauh lebih tajam dari pedang. Luka karena pedang dapat disembuhkan. Luka karena lisan akan terus terkenang. Doa orang yang terzalimi cepat diijabah Allah. “Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, yaitu mulut dan farji” (HR Tirmidzi).
“Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil” (HR Ibnu Abiddunya.)
“Seorang hamba jika berbicara dengan satu kalimat yg tidak benar maka tergelincir ke neraka yg lebih jauh antara timur dan barat.”. “Sesungguhnya ada orang yang bicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat”(HR Ibnu Majah)
"Tidak istiqomah iman seseorang sebelum istiqomah hatinya, dan tidak akan istiqomah hatinya sebelum istiqomah lisannya"(HR Ahmad).
Kejahatan Lisan
Lisan menimbulkan 2 bencana besar. Pertama: diam terhadap kebenaran (setan bisu).“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka rubahlaha dengan lisannya…”. Kedua: bicara yang bathil (setan bicara). Kejahatan lisan bermacam-macam bentuknya.
Ghibah. "Engkau membicarakan saudaramu tentang hal yang dia benci. Jika benar ada padanya maka engkau telah ghibah…" (HR. Muslim). Ghibah termasuk dosa besar yang tak diampuni Allah sebelum dimaafkan oleh orang ybs. Ketika mi’raj, Rasul melihat kaum yang berkuku tembaga mencakar wajah dan dada mereka. Jibril mengatakan: “Mereka telah memakan daging orang dan mencela kehormatan orang”.
Di masa Rasulullah saw ada 2 wanita yang hampir pingsan karena puasa Ramadhan. Ketika ditanyakan tentang kebolehan membatalkan puasa, beliau malah memberi mangkok dan memerintahkan untuk memuntahkan apa yang telah mereka makan ke dalam mangkok. Mereka memuntahkan darah segar dan daging lunak hingga mangkok penuh. Mereka membatalkan puasa dengan melakukan larangan Alloh, yaitu bergunjing”.
Fitnah (membicarakan aib orang tetapi tidak ada faktanya), dosanya lebih keji daripada membunuh (QS Al-Baqoroh:217).
Naminah/adu domba (menyebarkan ucapan satu kaum kepada kaum yang lain untuk merusak keduanya). "Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba” (HR Bukhari)
Mengutuk/melaknat. “Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya” (HR Bukhari). Ucapan laknat bisa kembali kepada orang yang mengucapkannya”.
Mencela/mencaci Maki. “Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah menemui (balasan dari) perbuatan mereka.” (HR Bukhari).” ” Para sahabat bertanya : “Bagaimana seseorang mencaci maki orang tua sendiri? Jawab Nabi: “Dia mencaci maki orang tua orang lain, lalu orang itu berbalik mencaci maki orang tuanya”(HR Ahmad). “Jika ada orang yang mencela kekuranganmu, jangan kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya ada padamu. Janganlah kamu mencaci maki siapapun” (HR Ahmad.)
“Tidak tersesat suatu kaum setelah mendapat hidayah kecuali mereka berdebat” (HR Tirmidzi). Imam Malik berkata : “Perdebatan akan mengeraskan hati dan mewariskan kekesalan”.
“Orang yang paling dibenci Allah adalah yang suka bermusuhan dan bertengkar”(HR Al Bukhari)
“Orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah yang buruk akhlaknya, yaitu banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”(HR Ahmad)
“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR Tirmidzi)
“Barang siapa yang mencela dosa saudaranya yang telah bertaubat, maka ia tidak akan mati sebelum melakukannya” (HR Tirmidzi). “Jangan mencela makanan yang sudah tersaji” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
"Orang-orang yang memperolok-olok manusia akan dibukakan pintu surga. Lalu dikatakan kepadanya, "Mari, marilah!" Orang itu datang dengan kesusahan dan kegundahannya. Ketika sampai, pintu surga itu terkunci buat dia. Terus menerus demikian, sehingga pintu itu dibukakan bagi orang tersebut, lalu dikatakan kepadanya. "Mari, Marilah!", Maka ia tidak datang lagi ke pintu itu"(HR. Ibnu Abi Dunya)
Menceritakan rahasia suami-isteri. “Orang yang paling buruk tempatnya di hari kiamat, adalah laki-laki yang telah menggauli istrinya, kemudian ia ceritakan rahasianya”(HR. Muslim)
“Dusta akan mendorong untuk curang. Kecurangan akan mendorong ke neraka. Orang yang berdusta akan terus berdusta hingga dicatat Allah sebagai pendusta” (Muttafaq alaih.). "Tiga ciri orang munafik, apabila bicara berdusta, apabila berjanji mengingkari dan apabila dipercaya berkhianat” (HR Bukhari dan Muslim). “Sesungguhnya orang munafik itu tempatnya di kerak neraka”.
Kesaksian palsu. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS al Isra:36). Qotadah berkata, “Jangan mengatakan ‘Aku melihat demikian’ padahal tidak melihatnya, ‘Aku mendengar demikian’ padahal tidak mendengarnya, ‘Aku tahu demikian’ padahal tidak mengetahuinya”.
Gurauan bohong. “Ada orang yang mengucapkan kata-kata agar teman-temannya tertawa namun kata-kata itu menjerumuskannya (ke neraka)…”(HR Ahmad). “Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang…” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi).
“Jauhilah olehmu perbuatan hasud, karena menghilangkan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”.
Tips Menjaga Lisan.
Muslim yang paling baik adalah, “Seseorang yang membuat muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya” (HR Muslim). Mereka menjaga lisannya dari segala ucapan yang bisa menyakiti hati orang.
Tidak menghina. "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah segolongan kalian menghina golongan yang lain, boleh jadi (mereka yang dihina) lebih baik (dari yang menghina)" (QS. Al Hujurat 49:11).
Tidak su’udzon. Selalu husnudzan (berbaik sangka). “…jauhilah kebanyakan prasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa” (QS Al Hujurat: )
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia mengucapkan kata-kata yang baik atau diam” (HR Bukhari Muslim). Bila bicara dan diam sama maslahatnya, maka sunnahnya adalah diam. Pembicaraan yang mubah bisa masuk dalam pembicaraan yang haram/dibenci”.
“Setiap ucapan Bani Adam membahayakan dirinya, kecuali amar ma’ruf nahi munkar dan Dzikrullah” (HR Trimidzi)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata, “ Sesungguhnya aku termasuk muslim.” (QS. Al Fushilat : 33)
Dengarkan pembicaraan yang haq. Jika mendengar kebatilan, kita harus menolong orang yang zalim dan dizalimi dengan mengalihkan pembicaraan, menghentikan, atau meninggalkannya.
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka kecuali bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma’ruf, atau perdamaian di antara manusia” (QS.4:114)
Imam Asy-Syafi’I berkata, "Berpikirlah dahulu sebelum bicara. Jika maslahat bicaralah. Jika mudharat/ragu-ragu, diamlah. Manusia diberi dua telinga dan satu mulut supaya lebih banyak mendengar daripada bicara.
“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali diam namun berpikir atau berbicara dengan ilmu.” Sufyan Ats-Tsauri
Ibnu As-Sammak berkata, "Binatang buasmu ada di lisanmu, karena bisa menfitnah siapa saja yang lewat di depanmu, kecuali tiga hal yang menghalangimu; menyebut perkara yang ada padamu, menyebut perkara dimana kesalahanmu lebih darinya, menyebut urusan dimana Allah telah memaafkanmu.
"…berkatalah dengan perkataan yang benar". (QS Al Baqarah:263)
Berkata sesuai tempatnya. Tiap perkataan ada tempat terbaiknya dan tiap tempat ada perkataan terbaiknya.
Tidak kasar dalam berbicara. Hati-hatilah, kadang kelihatannya seperti memberi nasehat tetapi ternyata mencaci maki (mengutuk/mencela) anak/suami/istri/murid/bawahan.. Ketika ada orang kafir terbunuh dalam perang Badar, Nabi bersabda : "Janganlah kamu memaki mereka, karena dapat menyakiti orang-orang yang hidup" (HR An Nasai)
Berkata yang bermanfaat. "Diantara tanda kebaikan akhlak muslim adalah meninggalkan apa yang tidak perlu"(HR Tirmidzi). "Demi Allah Aku tidak suka menceritakan tentang seseorang". (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Ummu Hafizh
Sumber: Suara-Islam.com