jangan pernah mencela orang lain
Seperti kata pepatah arab, “janganlah engkau mencela orang lain yang berada di bawahmu. Sebab setiap orang memiliki kelebihan.”
Setidaknya pepatah itu dapat kita jadikan sebagai pegangan agar bisa lebih bijaksana. Yakni, jangan pernah mencela orang lain walaupun dirinya memiliki banyak kekurangan.
Pada hakekatnya kekurangan ataupun kelebihan yang dimiliki seseorang merupakan karunia ilahi. Tentunya tidak ada yang pantas dibanggakan. Sebab, Allah bisa saja mencabut karunia yang telah diberikannya seketika. Begitu juga seluruh kekurangan dapat diubah-Nya menjadi karunia yang tiada terkira.
Misalnya kecerdasan yang dimiliki seseorang. Benar, bila kecerdasan yang dimiliki tidak lepas dari usahanya untuk meningkatkan kecerdasan tersebut. Tapi, semuanya tidak lepas dari karunia Allah.
Seperti kata pepatah arab, “janganlah engkau mencela orang lain yang berada di bawahmu. Sebab setiap orang memiliki kelebihan.”
Setidaknya pepatah itu dapat kita jadikan sebagai pegangan agar bisa lebih bijaksana. Yakni, jangan pernah mencela orang lain walaupun dirinya memiliki banyak kekurangan.
Pada hakekatnya kekurangan ataupun kelebihan yang dimiliki seseorang merupakan karunia ilahi. Tentunya tidak ada yang pantas dibanggakan. Sebab, Allah bisa saja mencabut karunia yang telah diberikannya seketika. Begitu juga seluruh kekurangan dapat diubah-Nya menjadi karunia yang tiada terkira.
Misalnya kecerdasan yang dimiliki seseorang. Benar, bila kecerdasan yang dimiliki tidak lepas dari usahanya untuk meningkatkan kecerdasan tersebut. Tapi, semuanya tidak lepas dari karunia Allah.
Sebut saja, orang gila. Walaupun dia diajari 10 jam setiap hari, namun apabila Allah belum berkehendak tentunya dia tidak akan begitu saja menjadi pintar. Sederhananya saja, beberapa murid yang sama-sama belajar di kelas, tapi mengapa hasilnya berbeda. Ada yang langsung paham, namun tak sedikit yang masih perlu dijelaskan lebih detail lagi.
Semua ini membuktikan bahwa kecerdasan merupakan karunia ilahi. Begitu juga kekayaan. Walaupun ada dua orang yang sama-sama bekerja mati-matian, tapi hasilnya berbeda. Kalau bukan karena pihak ketiga –dalam hal ini adalah Allah-
Lantas, masih pantaskah yang kita miliki ini untuk dibanggakan?? Kecantikan, harta, umur, kecerdasan, amal sholih. Semuanya hanya akan dihisab di suatu hari nanti.
Ini untuk permasalahan dosa. Lantas bagaimana dengan permasalahan lainnya? Seperti kekurangan lainnya yang merupakan sebuah takdir yang tidak begitu saja dapat dirubah kecuali dengan izin Allah? Tentu saja hal itu lebih harus dijaga lagi.
Seperti seseorang yang mencela orang lain karena kemiskinannya. Bisa jadi dia melihat karena orang yang miskin tersebut hanya memiliki baju satu atau dua. Itupun penuh jahitan dan tambalan. Dan memakainya pun secara bergantian. Mungkin melihat yang seperti itu membuatnya risih. Sehingga memerintahkannya mengganti baju.
Tapi pernahkah mereka tahu, karena dia mengenakan pakaian itu juga karena terpaksa. Seandainya memiliki uang lebih pun tentu akan menggunakannya untuk membeli pakaian yang lebih layak lagi. Namun, disebabkan karena keterbatasan dana sehingga membuatnya untuk menunda pakaian barunya.
Atau bisa jadi dia memiliki uang dan uang itu lebih ia prioritaskan untuk kebutuhan lainnya. Untuk kebutuhan pakaian masih bisa ditunda karena dia berpikir ada kebutuhan yang lebih mendesak lagi.
Mungkin, niat yang orang yang mengingatkan untuk mengenakan pakaian itu baik, agar si miskin mengganti pakaian. Tapi apakah dia pernah berfikir tak semua orang sepertinya. Yang ketika membutuhkan sesuatu bisa begitu saja membelinya.
Apakah dia tidak sadar, ketika dirinya mengingatkan hal tersebut membuat sakit hati si miskin? Semoga sedikir renungan di atas mengingatkan kita.
Bahkan dalam dosa sekalipun rasulullah tidak memperkenankan untuk mecelanya secara langsung. Dalam salah satu sabdanya salah satu sabdanya rasulullah bersabda:
Bangsiapa mencela seseorang dikarenakan dosa yang dilakukannya, niscaya dia tidak akan mati hingga dia melakukan dosa serupa. Diriwayatkan oleh tirmidzi dan dihasankan adapun sanadnya terputus.
Lantas apakah kita tidak boleh untuk mengingatkan seseorang yang melakukan dosa? Tentu saja boleh bahkan diperintahkan. Tapi maksud hadits tersebut adalah agar kita tidak mudah mencela seseorang yang melakukan suatu dosa dan kita merasa suci seakan kita merupakan makhluk Allah yang ma’shum (terbebas dari dosa).
Perasaan merasa diri sebagai makhluk yang suci inilah yang kemudian mendorong untuk mencela seseorang pelaku dosa yang tidak diperbolehkan. Adapun mengingatkan seseorang agar tidak terjerumus ke dalam dosa maka merupakan kewajiban dan itu termasuk dalam lingkup amar ma’ruf nahi mungkar.
Ingatkah kita tentang seorang wanita yang dirajam hingga meninggal. Kemudian darah wanita tersebut menyemburat mengenai baju Khalid. Lantas Khalid pun mencerca wanita tersebut dan merasa jijik dikarenakan darah wanita pendosa yang mengenai bajunya. Namun kemudian rasulullah saw mengingatkan Kholid bahwa wanita tersebut telah diampuni. Jadi, jangan mencelanya.
Begitu juga rasulullah saw dalam menyebut keburukan tidak pernah menyebut keburukan personal. Akan tetapi beliau menyebutnya dengan sebutan umum. Sebagai misal adalah “celakalah orang yang melakukan begini…”.
Sungguh santun dan beradab rasulullah saw dalam mengingatkan kaumnya. Hingga beliau tidak pernah menyebut person langsung walaupun beliau mengetahuinya secara jelas.
Salam dari blogger PNK
-Tri Putera-