Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ketepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati………….
Syair lagu Bimbo penuh makna dan arti mengalun mendayu di sebuah toko kaset seiring semburat merah menggantung di kaki langit . Awan kemuning mengitari matahari menari-nari, berkejar-kejaran tidak mau kalah . Burung-burung terbang pulang berirama membentuk likuk yang indah berjamaah menyusuri angin. Siluet sinar matahari menerpa jalan membuat gambar berpola indah . Maghrib pun segera tiba. Ku bergegas berjalan pulang . Di persimpangan lampu merah Sudirman mata ku tertumbu oleh sepasang mata kecil
menatapku tajam dengan tatapan menikam . Melihatku seperti makhluk aneh luar angkasa yang baru turun dari pesawat UFO ingin menyerang bumi . Aku bergidik .Seorang gadis kecil berperawakan kurus lurus seperti tiang listrik yang hampir tumbang. Wajahnya perpaduan antara Angelie Jolie dengan Stevan segal, genetika yang salah kaprah, dingin !! . Memakai jilbab putih kedodoran dengan peniti yang disematkan dibaju asal asalan .Baju kurung yang dipakainya mengingakan ku kepada pemain drama kampong encik Siti Mahmud, perawan tua tak kawin-kawin - agak pudar dengan motif pakis merayap . Menawarkanku sajadah.
“Sajadah nya pak” dia menyodorkan dengan tatapan tajam.
“Mau maghrib ,saya mau cepat pulang kerumah “ jawabku sekenanya melangkah tanpa menghiraukan tatapannya .
“ Harganya murah pak “, desak nya.
“ Tidak usah , saya sudah punya ! “ .
“ Hanya 15 ribu pak “ pinta sigadis kecil memelas . Tatap matanya mulai mengendur tidak setajam tadi . Jilbab putih menerpa wajahnya ditiup angin semilir senja . Sesekali di seka mukanya dengan sapu tangan kusut, letih agaknya.
“ Sudah, saya mau shalat !” aku berlari kecil menuju mesjid di simpang jalan Sudirman tanpa melihat nya lagi. Azan berkumandang menghentak .Kulihat Imam mesjid sudah mengangkat takbir . Gharim mesjid sibuk memukuli kepala anak-anak riuh rendah dengan kopiah. Rakaat pertama sudah berlalu , masbuk ! pikirku.
Pekerjaan yang harus diselesaikan di kantor membuatku lembur dan pulang
menjelang maghrib. Aku harus berjalan kaki menuju rumah karena letaknya
tidak terlalu jauh dari kantor tempatku bekerja . Dengan gontai aku
melangkah memperhatikan orang berlalu lalang di seputaran jalan utama
Sudirman . Beberapa toko sudah mulai menutup pintu. Para pedagang
makanan dan minuman malah sibuk mempersiapkan tempat untuk mereka
berdagang di depan toko. Terbalik. Sekumpulan pedagang asongan bercanda
ria menghitung penghasilan mereka hari ini . Uang ratusan , recehan
bersatu padu membentuk gumpalan lecek, ingin membeli dunia. Anak-anak
jalanan menenteng gitar kecil berlarian mengejar bus kota. Aku tersenyum
getir didalam hati. Segelintir hidup warnanya pahit. Hidup harus
dikejar walaupun ujungnya di usus besar.
“Pak , sajadahnya !!“ aku terkejut. Wajah tirus itu menyapa dan berhenti tiba-tiba tepat disampingku. Mengapa dia hadir lagi ?.Mukzizat nabi apa yang dia pakai sehingga dia tahu aku berada di jalan Sudirman menjelang maghrib ?.
“Oh ya!? , saya sudah punya” jawabku ketus . Kuperhatikan walahnya sekilas . Ya rabb mata itu ternyata indah. Ada sesuatu kebeningan di bola matanya . Tapi aku tidak perduli dengan mata. .Kupercepat langkah kakiku merambah jalan tanpa menghiraukan.
“ Pak!! , pak !! “ dia terus memanggil ku .
Gadis aneh, beberapa anak sebaya dia menjual koran di persimpangan lampu merah Sudirman .Sedangkan dia, gadis kecil satu-satunya penjual sajadah di persimpangan. Apa yang dia harapkan dengan menawarkan satu sajadah ?.Keuntungan ?. Teori ekonomi siapa yang dipakainya ?Adam Smith? Sumitro?. Seandainya Adam smith dan Sumitro hidup berkoloborasi niscaya mereka murka melihat sistim ekonomi yang dipakai oleh si gadis kecil . Padahal mereka sudah susah payah bertungkus lumus membuat konsep ekonomi . Dengan modal sekecil-kecilnya untung sebesar-besarnya. . Sekarang dipatahkan oleh si mata tajam, modal satu, untung satu. Yang lebih aneh lagi mengapa hanya kepadaku di tawarkannya sajadah kecil itu ?. Apakah aku manusia yang berhak memiliki sajadah dipermukaan bumi setelah nabi Adam ?. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan nyeleneh yang muncul di otak . Kacau !
Sesampai dirumah , kuambil wuduk agak tergesa-gesa menunaikan shalat maghrib. Cap Gadjah Duduk lusuh ikut menemani menghadap Tuhan . Tapi kemana sajadahku ?. Kucari dilipatan kain, ,dibawah meja perhiasaan , dibawah kolong tempat tidur, raib ?!. Biasanya sajadah itu pasti ada di dalam kamar, sekarang hilang! kemana perginya ?. Apakah ada hubungan korelatif sajadah dengan gadis penjual sajadah?. Perasaan ku mengatakan bahwa sesuatu yang dilakukan tidak baik belum tentu dibalas oleh Tuhan seketika itu juga. Apalagi menyangkut membeli sajadah, Tuhan bisa memakluminya. Hati ku mencari pembenaran menurut takaran manusia. Tetapi hukum Tuhan bukan perasaan . Nyaliku ikut hilang untuk menghadap Tuhan , sementara waktu maghrib terus berjalan membunuh . Sepasang Hudavis tertawa kecil melihat malaikat Raqib , Atid yang masih menunggu mencatat amalan . Setan kecil ini tak henti-hentinya menertawakan kebodohonku . Thahiyat akhir , akhirnya berhasil juga di tuntaskan dengan tidak sempurna . Terpaksa sarung bugis peninggalan almarhum ibu yang satu-satu dipakai khusus untuk shalat id di gunakan sebagai alas.
Sebagai wartawan di sebuah penerbit membuat ku ketar-ketir mencari berita dan mengejar target deadline yang tidak tahu diri .Mencari sumber berita, mengetik, mengedit, melaporkannya kepada pemimpin redaksi menuntutku tidur hanya 4 jam sehari semalam,Berita merupakan hal utama mengalahkan yang lainnya. Tidak mendapatkan berita sama dengan buruh harian yang belum gajian sementara tanggal sudah memasuki ke 45 . Hidup tak lebih seperti lingkaran linier berputar-putar , kamar tidur , komputer, kantor. Menggerogoti umur !. Sehingga mak pun sudah mewanti-wanti tegas sendainya memasuki ke 40 tidak ada satu pun dara berani singgah maka aku akan di jodohkan dengan Gladys , gadis kota yang auzubilah lipstick sama maskaranya. Melihat caranya berjalan aku sudah yakin bakal mempunyai keturunan lemot. Ditambah lagi ustad Tabudin yang selalu memberi nasehat , surga tidak akan diberi untuk Bujang Lapok !.
Hukum Tuhan sebenarnya sudah ada terpatri di Lauh mahfuz sebelum manusia itu ada Diberikan untuk manusia bukan untuk binatang, tumbuhan atau setan . Salah satu hukum tuhan yang hampir gagal aku jalani terletak di rukun islam yang kedua. Entah mengapa perintah itu seperti huruf di mesin tik tua meloncat-loncat tidak harmonis . Magrib dapat, isya lewat , shubuh diakhir anak ayam selesai makan disuapin induknya , Sementara lohor dan asar berdesak-desakan malu .Ditambah lagi sajadah hilang tidak ada hubungannya , logika absurd ! .
Pulang dari kantor agak cepat. Aku berhasil mendapat berita politik basi, yang sudah di panaskan berulang-ulang ,Uang Hilang di Kantong Dewan , getir. Tapi tak apalah deadline tercapai, sedikit lega, bisa mengistirahatkan otak yang sudah di penuhi alphabet keypad computer. Menghilangkan raut wajah pemimpin redaksi yang senyumannya bisa dihitung 3 x dalam satu bulan. .Gajian,- Berita menarik atau Naik oplah . Uhhhpps!. Sambil berjalan mata ku mencari – cari gadis penjual sajadah, entah kenapa aku rindu menatap wajah dan matanya tanpa harus membeli . Padahal yang dijual bukan mata tapi sajadah. Unsinkronisasi nya otak kiri dan kanan .
Tidak seperti hari kemarin si gadis kecil menawarkan sajadah kepadaku . Oala dia tidak menatapku . Dia hanya duduk ditrotoar jalan sambil memandang miris kedepan . Aku penasaran mana sajadah kecil yang akan dijualnya ?.
“Dik , mana sajadahnya ?”.
Dia hanya diam tanpa menoleh sedikitpun kepadaku. Aku menghampirinya, niat hatiku bukan untuk membeli sekarang teringat akan sajadahku yang hilang .
“ Dik, aku ingin membelinya ?”.
Mulut itu bergumam kecil menyeracau . Entah mantra datu apa yang dihapalnya aku tak tahu .Tangan mungilnya meremas remas ujung baju tanpa expresi . Matanya tidak aku temukan lagi . Hilang ! . Aku gusar. Beberapa hari yang lalu dia sibuk menawarkan sajadah tetapi hari ini jangan kan kan menawarkan , menjawab pertanyaanku saja tidak !. Aku duduk disampingnya . Berdua kami hening tanpa bicara sepatah katapun . Kebisuan ngilu .Matahari pun merangkak pelan condong, awan mulai berarak mengikuti cahaya sinar. Wajah kami tertimpa matahari sore kekuning-kuningan, senja menjelang . Akhirnya kuputuskan untuk menyusun kata-kata yang manis lembut seperti perwakilan orang tua bujang yang akan meminang dara .
“Saya mau membelinya , berapapun harganya” tawarku.
Hening.
“ Dimana sajadah itu ?”.
Senyap.
“Apakah sajadah itu sudah terjual ?”.
“Pak , sajadahnya !!“ aku terkejut. Wajah tirus itu menyapa dan berhenti tiba-tiba tepat disampingku. Mengapa dia hadir lagi ?.Mukzizat nabi apa yang dia pakai sehingga dia tahu aku berada di jalan Sudirman menjelang maghrib ?.
“Oh ya!? , saya sudah punya” jawabku ketus . Kuperhatikan walahnya sekilas . Ya rabb mata itu ternyata indah. Ada sesuatu kebeningan di bola matanya . Tapi aku tidak perduli dengan mata. .Kupercepat langkah kakiku merambah jalan tanpa menghiraukan.
“ Pak!! , pak !! “ dia terus memanggil ku .
Gadis aneh, beberapa anak sebaya dia menjual koran di persimpangan lampu merah Sudirman .Sedangkan dia, gadis kecil satu-satunya penjual sajadah di persimpangan. Apa yang dia harapkan dengan menawarkan satu sajadah ?.Keuntungan ?. Teori ekonomi siapa yang dipakainya ?Adam Smith? Sumitro?. Seandainya Adam smith dan Sumitro hidup berkoloborasi niscaya mereka murka melihat sistim ekonomi yang dipakai oleh si gadis kecil . Padahal mereka sudah susah payah bertungkus lumus membuat konsep ekonomi . Dengan modal sekecil-kecilnya untung sebesar-besarnya. . Sekarang dipatahkan oleh si mata tajam, modal satu, untung satu. Yang lebih aneh lagi mengapa hanya kepadaku di tawarkannya sajadah kecil itu ?. Apakah aku manusia yang berhak memiliki sajadah dipermukaan bumi setelah nabi Adam ?. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan nyeleneh yang muncul di otak . Kacau !
Sesampai dirumah , kuambil wuduk agak tergesa-gesa menunaikan shalat maghrib. Cap Gadjah Duduk lusuh ikut menemani menghadap Tuhan . Tapi kemana sajadahku ?. Kucari dilipatan kain, ,dibawah meja perhiasaan , dibawah kolong tempat tidur, raib ?!. Biasanya sajadah itu pasti ada di dalam kamar, sekarang hilang! kemana perginya ?. Apakah ada hubungan korelatif sajadah dengan gadis penjual sajadah?. Perasaan ku mengatakan bahwa sesuatu yang dilakukan tidak baik belum tentu dibalas oleh Tuhan seketika itu juga. Apalagi menyangkut membeli sajadah, Tuhan bisa memakluminya. Hati ku mencari pembenaran menurut takaran manusia. Tetapi hukum Tuhan bukan perasaan . Nyaliku ikut hilang untuk menghadap Tuhan , sementara waktu maghrib terus berjalan membunuh . Sepasang Hudavis tertawa kecil melihat malaikat Raqib , Atid yang masih menunggu mencatat amalan . Setan kecil ini tak henti-hentinya menertawakan kebodohonku . Thahiyat akhir , akhirnya berhasil juga di tuntaskan dengan tidak sempurna . Terpaksa sarung bugis peninggalan almarhum ibu yang satu-satu dipakai khusus untuk shalat id di gunakan sebagai alas.
Sebagai wartawan di sebuah penerbit membuat ku ketar-ketir mencari berita dan mengejar target deadline yang tidak tahu diri .Mencari sumber berita, mengetik, mengedit, melaporkannya kepada pemimpin redaksi menuntutku tidur hanya 4 jam sehari semalam,Berita merupakan hal utama mengalahkan yang lainnya. Tidak mendapatkan berita sama dengan buruh harian yang belum gajian sementara tanggal sudah memasuki ke 45 . Hidup tak lebih seperti lingkaran linier berputar-putar , kamar tidur , komputer, kantor. Menggerogoti umur !. Sehingga mak pun sudah mewanti-wanti tegas sendainya memasuki ke 40 tidak ada satu pun dara berani singgah maka aku akan di jodohkan dengan Gladys , gadis kota yang auzubilah lipstick sama maskaranya. Melihat caranya berjalan aku sudah yakin bakal mempunyai keturunan lemot. Ditambah lagi ustad Tabudin yang selalu memberi nasehat , surga tidak akan diberi untuk Bujang Lapok !.
Hukum Tuhan sebenarnya sudah ada terpatri di Lauh mahfuz sebelum manusia itu ada Diberikan untuk manusia bukan untuk binatang, tumbuhan atau setan . Salah satu hukum tuhan yang hampir gagal aku jalani terletak di rukun islam yang kedua. Entah mengapa perintah itu seperti huruf di mesin tik tua meloncat-loncat tidak harmonis . Magrib dapat, isya lewat , shubuh diakhir anak ayam selesai makan disuapin induknya , Sementara lohor dan asar berdesak-desakan malu .Ditambah lagi sajadah hilang tidak ada hubungannya , logika absurd ! .
Pulang dari kantor agak cepat. Aku berhasil mendapat berita politik basi, yang sudah di panaskan berulang-ulang ,Uang Hilang di Kantong Dewan , getir. Tapi tak apalah deadline tercapai, sedikit lega, bisa mengistirahatkan otak yang sudah di penuhi alphabet keypad computer. Menghilangkan raut wajah pemimpin redaksi yang senyumannya bisa dihitung 3 x dalam satu bulan. .Gajian,- Berita menarik atau Naik oplah . Uhhhpps!. Sambil berjalan mata ku mencari – cari gadis penjual sajadah, entah kenapa aku rindu menatap wajah dan matanya tanpa harus membeli . Padahal yang dijual bukan mata tapi sajadah. Unsinkronisasi nya otak kiri dan kanan .
Tidak seperti hari kemarin si gadis kecil menawarkan sajadah kepadaku . Oala dia tidak menatapku . Dia hanya duduk ditrotoar jalan sambil memandang miris kedepan . Aku penasaran mana sajadah kecil yang akan dijualnya ?.
“Dik , mana sajadahnya ?”.
Dia hanya diam tanpa menoleh sedikitpun kepadaku. Aku menghampirinya, niat hatiku bukan untuk membeli sekarang teringat akan sajadahku yang hilang .
“ Dik, aku ingin membelinya ?”.
Mulut itu bergumam kecil menyeracau . Entah mantra datu apa yang dihapalnya aku tak tahu .Tangan mungilnya meremas remas ujung baju tanpa expresi . Matanya tidak aku temukan lagi . Hilang ! . Aku gusar. Beberapa hari yang lalu dia sibuk menawarkan sajadah tetapi hari ini jangan kan kan menawarkan , menjawab pertanyaanku saja tidak !. Aku duduk disampingnya . Berdua kami hening tanpa bicara sepatah katapun . Kebisuan ngilu .Matahari pun merangkak pelan condong, awan mulai berarak mengikuti cahaya sinar. Wajah kami tertimpa matahari sore kekuning-kuningan, senja menjelang . Akhirnya kuputuskan untuk menyusun kata-kata yang manis lembut seperti perwakilan orang tua bujang yang akan meminang dara .
“Saya mau membelinya , berapapun harganya” tawarku.
Hening.
“ Dimana sajadah itu ?”.
Senyap.
“Apakah sajadah itu sudah terjual ?”.
“ TUHAN SUDAH MEMBELINYA “ jawab gadis kecil itu pelan sambil berdiri
tanpa menoleh sedikit pun kepadaku , berbalik arah berjalan melangkah
entah kemana !. Aku termangu , melongo, menatap kepergiannya.
Pangkalan Kerinci, 20 Juni 2012
Terimakasih buat istri anak-anaku adit , ais dan Sri Kintan Kinasih yang sudah meninspirasi
Pangkalan Kerinci, 20 Juni 2012
Terimakasih buat istri anak-anaku adit , ais dan Sri Kintan Kinasih yang sudah meninspirasi
PROFIL PENULIS
Nama : Dedi Irwan
Tempat /tgl lahir : Bangkinang, 06 -02-1973
Pekerjaan : Guru Bahasa Inggris SD Taruna Andalan
Alamat : Komplek Perumahan II PT.RAPP BLOK 0 NO 6 Pangkalan Kerinci Pelalawan
Hoby : Membaca, menulis.
Email : Adithidayah@yahoo.com
Tempat /tgl lahir : Bangkinang, 06 -02-1973
Pekerjaan : Guru Bahasa Inggris SD Taruna Andalan
Alamat : Komplek Perumahan II PT.RAPP BLOK 0 NO 6 Pangkalan Kerinci Pelalawan
Hoby : Membaca, menulis.
Email : Adithidayah@yahoo.com
Salam dari blogger PNK -Tri Putera-